Konstipasi (sembelit)

Konstipasi atau biasa disebut sembelit terjadi karena peristaltik usus yang abnormal disertai perasaan nyeri, sulit dan tidak tuntas buang air besarnya sebagai akibat feses yang keras dan kering. Frekuensi peristaltik usus pada manusia sehat bervariasi, mulai dari tiga kali sehari sampai tiga kali seminggu.

Gangguan pada peristaltik usus yang menyebabkan feses menjadi keras disebabkan karena pola makan yang rendah serat, kurang minum, kurang gerak/olah raga, mengabaikan keinginan buang air besar, perubahan hidup atau rutinitas seperti : kehamilan, traveling dan usia senja, sindrom iritabilitas usus.

Penyalahgunaan laksatif, gangguan hormonal, kerusakan saraf dan pemakaian beberapa macam obat, seperti narkotik, antasid yang mengandung aluminium, suplemen besi, dll dapat menyebabkan konstipasi.


gejala yang menyertainya mancakup sakit kepala, napas berbau busuk, lidah berselaput, kehilangan nafsu makan, flatulensi, iritabilitas, kram perut, kembung, ensomnia dan badan terasa tidak sehat. Konstipasi kronis dapat meningkatkan risiko munculnya hemoroid, bahkan kanker kolon.

Gejala

  • Konstipasi biasanya disertai dengan muntah, demam atau penurunan berat badan yang tiba-tiba.
  • Feses berwarna gelap seperti ter atau disertai darah.
  • Konstipasi berulang, persisten ata semakin parah, yang berlangsung lebih dari 7 hari sampai 3 minggu.
  • Terdapat nyeri abdomen atau kembung.
  • Terjadi perubahan pola konstipasi dan diare berganti-ganti.
Anjuran
- Perhatian tanda-tanda tubuh :
  • Kolon merupakan organ tubuh yang sensitif karena itu penting untuk memperhatikan tanda/sinyal tubuh.
  • Umumnya peristaltik usus meningkat setelah makan dan kondisi ini merupakan waktu dimana feses sudah siap untuk dikeluarkan.
  • Bila pasien mengabaikan tanda-tanda tersebut akan menjadi lemah dan semakin lemah dengan berjalannya waktu.
  • Sebaliknya, dengan memperhatikan tanda-tanda tersebut, pasien dapat memperkuat keinginan buang air besarnya.
- Jangan menahan keinginan untuk defekasi.
- Perbaiki pola makan.
  • Makanlah makanan yang banyak mengandung serat. Depkes RI menganjurkan makan 3 porsi nasi, 4 porsi sayur-buah dan 1 porsi biji-bijian setiap hari.
  • Sejumlah suplemen serat dan herbal tersedia di apotik dapat membantu memenuhi kecukupan serat untuk pasien yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan seratnya.
  • Dosis dair suplemen tersebut (khususnya dari jenis serat Plantago ovata dan inulin chicory) sebaiknya ditinggkatkan secara bertahap untuk menghindari perut kembung dan juga agar diminum dengan jumlah air yang cukup.
- Sangat dianjurkan untuk memenuhi kecukupan kebutuhan serat setiap hari (American Dietetic 
  Association menganjurkan 25-35 gram/hari) yang bisa didapat dari 8 porsi makanan berserat yang 
  terdiri dari 3 porsi nasi, 4 porsi sayur-buah dan 1 porsi biji-bijian.
- Minum air atau cairan lainnya sebanyak 8-10 gelas per hari.
- Olah raga
  • Olah raga rutin dan aktivitas fisik membantu mencegah konstipasi.
  • Olah raga dapat meningkatkan peristaltik usus dan juga kesehatan tubuh pada umumnya.
- Secara umum, laksatif sebaiknya tidak digunakan kecuali perubahan pola makan dan penambahan serat
  tidak efektif. Kalaupun digunakan, laksatif sebaiknya digunakan dalam dosis kecil dan tidak diberikan lebih
  dari 1 minggu. Beritahu pasien tentang kemungkinan terjadi ketergantungan psikologis akibat penggunaan
  laksatif jangka panjang.
- Beritahu pasien tentang obat yang diperlukan dan cara penggunaannya seperti : nama obat, dosis, frekuensi
  penggunaan, dll.

Terapi
Laksatif, pencahar
  • Laksatif salin sering digunakan untuk persiapan usus sebelum menjalani pembedahan atau prosedur investigasi. Obat ini tidak digunakan untuk meredakan konstipasi jangka panjang karena dapat menyebabkan gangguan keseimbangan kimiawi dalam darah. *Catatan: Laksatif secara umum, jika digunakan secara luas, dapat menyebabkan vitamin dan nutrisi yang diperlukan tubuh terbuang sebelum dicerna. Obat ini juga mempengaruhi obat lain yang dikonsumsi dan dapat memicu gangguan peristaltik usus, suatu kondisi dimana fungsi usus menjadi tidak baik karena bergantung pada laksatif.
  • Lubrikan/pelumas menyebabkan feses menjadi lunak, terutama bila terdapat hemoroid. Preparat ini sering direkomendasikan untuk pasien usia lanjut atau dengan kondisi lemah atau meredakan impaksi fekal.
  • Laksatif stimulan memiliki onset yang cepat  dan hanya digunakan bila pengobatan yang lain gagal. Obat ini bekerja pada ujung saraf dinding usus, memicu kontraksi otot, yang menyebabkan peristaltik usus. Laksatif stimulan tidak boleh diberikan lebih dari 1 minggu karena dapat menyebabkan kram abdomen dan diare. Penggunaan obat ini juga harus dihindari selama kehamilan.
  • Laksatif osmotif osmotik harus diberikan secara teratur untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Laktulosa, digunakan untuk pengobatan jangka panjang pada konstipasi kronik, dapat menyebabkan kram perut dan gangguan keseimbangan elektrolit. Kerjanya relatif lambat, tetapi hanya sedikit berpengaruh terhadap aktivitas usus normal dibandingkan dengan laksatif lain. Obat ini mengandung partikel yang dapat menyerap air beberapa  kali lebih banyak, sehingga meningkatkan aktivitas usus dalam membentuk feses. Obat ini tidak boleh diberikan pada kasus obstruksi usus atau impaksi fekal.
  • Laksatif sebaiknya tidak digunakan lebih dari 1 minggu.
  • Dalam setiap iklannya, produk yang tergolong laksatif ditandai label dari Badan POM: AWAS! OBAT KERAS. Bacalah aturan pemakaiannya.

0 comments:

Post a Comment