Diagnosis Dan Tatalaksana Osteoarthritis

Sebagai salah satu jenis penyakit arthritis, manifestasi klinis osteoarthiritis memiliki kemiripan dengan jenis arthritis lain. perlu ketelitian dalam diagnosa dan tatalaklaksana. Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering mengenai rawan kartilago. yang terjadi pada penderita OA ialah sobek dan ausnya lapisan permukaan kartilago. Akibatnya tulang-tulang saling bergesekan, menyebabkan rasa sakit, bengkak dan sendi dapat kehilangan kemampuan bergerak. Lama kelamaan sendi akan kehilangan bentuk normalnya, dan osteofit dapat tumbuh di ujung persendian. Sedikit dari tulang atau kartilago dapat pecah dan mengapung di ruang persendian. Akibatnya rasa sakit bertambah, bahkan dapat memperburuk keadaan. Insidensi dan prevalensi OA bervariasi pada masing-masing negara. Data di berbagai negara menunjukkan, arthritis jenis ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok dewasa dan usia lanjut.

Manifestasi klinis yang timbul adalah penderita OA akan merasakan sakit di persendian dan memiliki keterbatasan gerak. Tidak seperti arthritis yang lain, OA hanya mempengaruhi persendian dan tidak mempengaruhi organ lain. Prevalensinya meningkat, sesuai pertambahan usia. Data radiografi menunjukkan, OA terjadi pada sebagian besar usia di atas 65 tahun, dan pada hampir semua orang pada usia 75 tahun. OA ditandai dengan nyeri dan kaku pada sendi, keterbatasan gerakan sering terjadi di ujung jari tangan, ibu jari, leher, punggung bawah, lutut dan panggul.

Klasifikasi OA
Osteoarthritis dikalsifikasikan menjadi primer (idopatik) dan sekunder OA primer merupakan tipe paling umum, tanpa penyebab yang jelas. OA primer bisa berupa lokalisasi OA (mempengaruhi satu atau dua sendi), general OA (mepengaruhi tiga atau lebih sendi), erosif OA (menggambarkan adanya erosi dan tanda proliferasi di proksimal dan distal sendi interfarangeal tangan), sedangkan OA sekunder penyebabnya diketahui, seperti akibat trauma, gangguan sendi, gangguan metabolik sistemik atau gangguan endokrin dan gangguan lainnya.

Diagnosis
Diagnosis OA dilakukan dengan menggali riwayat pengobatan pasien, pemeriksaan fisik dan temuan radiologi. Pada diagnosis, perlu ditentukan apakah merupakan OA primer atau sekunder. Juga harus ditegaskan sendi mana yang kena, keparahannya dan respons terhadap terapi sebelumnya, yang dapat menjadi dasar pengobatan selanjutnya. Bila terdapat beberapa sendi yang dikeluhkan atau ada simtom sistemik, ahrus dipertimbangkan kemungkinan suatu bentuk arthritis lain atau penyakit jaringan penyambung. Nyeri karena bursitis, tendonitis atau nyeri otot akan membuat diagnosis lebih sulit.

Terapi
Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari ananmesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yagn terkena. Pengobatan harus direncanakan sesuai kebutuhan individual. Tujuan terapi adalah menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan, menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi, membatasi kerusakan fungsi dan mengurangi faktor penyebab. Terapi farmakologis untuk penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila dikombinasikan dengan strategi terapi non famakologis.

Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi pasien OA meliputi edukasi pasien, terapi fisik, okupasional, aplikasi dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan merawat persendian, penurunan berat badan, bedah (pilihan terakhir), akupunktur, biofeedback, cognitive behavioural therapy, dll

Terapi Farmakologi
Dokter meresepkan obat untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsi. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memberi obat untuk pasien OA. Diantaranya intensitas rasa sakit, efek samping yang potensial dari obat, dan penyakit penyerta. Obat-obat yang sering digunakan adalah :
  • Paracetamol : ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan paracetamol sebagai obat pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relatif aman, efikasi dan harga murah dibanding NSAID.
  • NSAID : Dari penelitian tidak ditemukan ranking efikasi. NSAID adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim cyclooxygenase (XOX). Efek penting dalam mengurangi rasa sakit. NSAID memberikan rasa nyaman bagi banyak orang dengan masalah persendian kronis, tetapi juga menimbulkan masalah penyakit gastrointestinal yang serius.
  • Glukosamin dan Chodroitin : Glukosamin dan Chodroitin sulfate sendiri-sendiri atau dalam kombinasi tidak menurunkan rasa sakit secara efektif untuk keseluruhan kelompok pasien dengan OA lutut. Keduanya efektif untuk subkelompok pasien dengan rasa nyeri yang moderat sampai parah.
  • Obat-obat lain : Obat luar berbentuk krem, gosok, spray (capsicin spray). Metilsalisilat terbukti dapat mengurangi nyeri. Sebagai anti inflamasi kuat, kortikosteroid dapat diberikan secara suntik pada sendi. Ini adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih dari 2-3 kali suntik pertahun dan tidak diberikan peroral. Sedangkan asam hyaluronidase dapat digunakan dengan menyuntikkannya di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.

0 comments:

Post a Comment