Spinal Cord Injury (SCI) Bukan Cedera Biasa

Tulang Belakang (Punggung) merupakan bagian tubuh yang memiliki manfaat besar bagi manusia. "Bagian tubuh yang satu ini, dapat menyimpan serta melindungi saraf-saraf penting dengan baik. Saraf yang berada di dalam ruas-ruas tulang punggung, memiliki sifat berbeda dengan saraf-saraf yang berada di pinggir, yaitu memiliki substansi yang sama seperti otak", ujar dr. S. Dohar AL. Tobing, Sp.OT K-Spine dari Departemen Bedah Orthopedi RSCM-FKUI.

Biasanya, karena suatu kesalahan yang disengaja atau tidak, bisa menyebabkan berbagai macam kerusakan dan cedera pada bagian tubuh ini. Misalnya saja posisi duduk; ternyata bisa memberikan pengaruh terhadap kesehatan tulang belakang kita.

Dulu orang beranggapan bahwa posisi duduk yang baik adalah dalam posisi 90 derajat. Kini diketahui bahwa posisi yang baik adalah 135 derajat. Dari penelitian ditemukan, duduk dalam posisi 90 derajat bukanlah posisi yang baik bagi tulang belakang. Beberapa dampak negatif yang bisa dirasakan, antara lain :

  • Sirkulasi darah pada bagian bawah sangat lemah, sehingga memungkinkan terjadi varises, selulit, pembengkakan kaki, kelelahan, dan resiko penggumpalan darah di kaki.
  • Ketika duduk dalam waktu cukup lama, bisa berakibat terjadi ketegangan otot di bagian pinggul.
  • Pada anak-anak, sejak meningkatnya penggunaan komputer di kelas, terlihat hubungan antara kursi bersudut 90 derajat dan berkembangnya scoliosis-kurva abnormal dari tulang belakang, selama masa remaja (koskole et al, 2001).
Kerusakan yang disebabkan faktor tidak sengaja atau traumatik seperti kecelakaan, juga meningkatkan etinitas cedera pada tulang yang bisa  berimplikasi pada morbiditas dan mortalitas. Cedera saraf tulang belakang atau Spinal Cord Injury (SCI), merupakan salah satu kasus yang banyak terjadi.

Penyebab dan Patofisiologi Spinal Cord Injury (SCI)
Menurut dr. Dohar, kejadian SCI paling sering disebabkan kecelakaan lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian. Itu disebabkan tulang belakang yang berada dalam posisi tekat saling beradu. Akibatnya, struktur saraf yang sensitif di dalamnya tertekan dan terjepit; kemungkinan juga bisa terputus.

Data tahun 2007, jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 37 ribu jiwa meninggal dan lebih dari 2,5 juta mengalami cedera, seperti SCI dan bahkan cacat permanen. Sedangkan di Amerika Serikat, dari data pusat penelitian The National Spinal Cord Injury menyebutkan, terdapat 10.000 kasus baru setiap tahun. Penyebabnya hampir serupa seperti di Indonesia yaitu kecelakaan kendaraan bermotor.

SCI merupakan cedera yang terjadi pada myelopathy atau kerusakan sistem serat mielin, yang menyebabkan sinyal dari dan pada otak tidak berfungsi. Juga bisa menyebabkan kerusakan pada bagian penting dari saraf, yang berakibat kehilangan beberapa ruas dari interneuron dan motorneuron.

"Karena substansinya seperti jaringan otak inilah, yang membuat saraf ini sensitif jika terkena cedera. Artinya, kalau sudah cedera sulit sembuhnya karena akan menimbulkan cacat bagi spinal cordnya sendiri dan tentunya, bisa  berakibat ke struktur yang dipersarafi. Misalnya, gangguan fungsi otot-otot ekstrimitas atau gangguan fungsi lain, seperti kencing dan buang air besar", ujarnya.

Gejala dan Tingkat Traumatik SCI
"Gejala klinis SCI berkaitan dengan neurologis. Biasanya, pasien menjadi sulit untuk menggerakkan kaki atau leher dan pinggang. Itu karena daerah bagian tubuh yang cedera pada level tersebut, mengalami gangguan. Dimulai dengan gangguan sensibilitas (rasa) dan kemudian gerakan otot berkurang. Bahkan terjadi kelumpuhan, baik sebagian atau permanen sehingga membuat penderita harus berbaring di tempat tidur atau di kursi roda", kata dr. Dohar.

Pada cedera tulang belakang, faktor faktornya ditentukan oleh 2 aspek. Yaitu komponen saraf dan komponen tulang, yang melibatkan beberapa bagian seperti, bahu (C4), lengkungan siku (C5), pergelangan tangan (C6), ekstensi siku (C7) dan lengkungan pinggul (L2). Menurut America Spinal Injury Association (ASIA) dan International Spinal Cord Injury Clasification System, traumatik SCI diklasifikasikan di dalam 5 tipe di antaranya :
  • Indikasi A merupakan SCI "sempurna", dimana tidak ada motor atau panca indera yang berfungsi merawat bagian penting S4-S5 rendah, maka fungsi motor dan pancaindra berkurang sehingga diindikasi SCI "sempurna".
  • Indikasi B merupakan SCI "tidak sempurna", dimana panca indera saja yang berfungsi untuk merawat, hanya di bawah tingkat neurogical dan termasuk daerah penting S4-S5. Hal ini biasanya fase sementara. Jika seseorang memperoleh kembali fungsi motor di bawah tingkat neurogical, maka motor orang tersebut pada dasarnya tidak lengkap.
  • Indikasi C adalah SCI "tidak lengkap", karena fungsi motor untuk merawat hanya di bawah tingkat neurogical dan hanya setengah dari otot kunci di bawah tingkat neurogical, di mana nilai otot kurang dari 3.
  • Indikasi D adalah SCI "tidak lengkap", karena fungsi motor untuk merawat hanya di bawah tingkat neurogical dan hanya setengah dari otot kunci di bawah tingkat neurogical, di mana nilai otot kurang dari 3.
  • Indikasi E "normal", dimana motor dan nilai panca indra normal. Sebagai catatan, SCI dan kekurangan neurogical tidak akan meungkin diderita dengan motor dan nilai panca indra yang normal.
SCI juga bisa menyebabkan beberapa sindrom klinis, akibat terjadinya SCI tidak sempurna, sehingga menyebabkan salah satu bagian dari tubuh kehilangan fungsi geraknya. Sindrom tersebut antara lain :
  • Central Cord Syndrome berhubungan dengan kehilangan fungsi anggota tubuh bagian atas, yang sangat besar dibanding anggota tubuh bagian bawah.
  • Brown-Sequard Syndrome merupakan suatu hasil dari cedera pada salah satu sisi spinal cord, yang juga menyebabkan jaringan proprioseptif menjadi lemah. Serta hilangnya rasa sakit dan sensasi panas di sisi lain.
  • Anterior Cord Syndrome adalah hasil dari cedera pada bagian anterior dari spinal cord, yang menyebabkan kelemahan anterior dari spinal cord, yang menyebabkan kelemahan dan kehilangan rasa sakit serta sensasi panas di bawah tempat cedera. Perawatan dari jaringan proprioseptif, biasanya dibawa ke bagian posterior dari spinal cord.
  • Tabes Dosalis adalah hasil dari cedera pada bagian posterior dari spinal cord. Biasanya berasal dari penyakit infeksi seperti sipilis, yang menyebabkan hilangnya sentuhan dan sensasi rangsangan dari dalam tubuh.
  • Conus Medullaris suatu sindrom dari hasil cedera pada ujung spinal cord, yang berada di tulang belakang (L1).
  • Cauda Equina suatu sindrom cedera pada akar tulang belakang bawah (L1).
Sumber : ETHICAL DIGEST

0 comments:

Post a Comment